Daftar Isi: (toc)
Gacerindo.com - Setiap guru pasti menemukan ada siswa yang mengalami kusulitan dalam belajar, hal inilah yang menjadi perhatian guru untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab mengapa siswa tersebut mengalami kesulitan dalam belajar.
Penyebab siswa mengalami kesulitan belajar yang dikutip dari buku psikologi belajar yakni faktor internal dan eksternal antara lain :
Faktor Internal
Inteligensi
Lebih menekankan pada IQ anak. Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Anak yang normal (90-110) dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, 140 ke atas tergolong genius. Golongan ini mempunyai potensu untuk dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Jadi semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental. Anak inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar. Mereka itu digolongkan atas debil, embisil, dan ediot.
Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin di bidang lain ketinggalan. Seorang yang berbakat di bidang teknik tetapi di bidang olahraga lemah. Jadi seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, nudah putus asa, tidak senang.
Minat
Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya.
Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya.
Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.
Faktor Kesehatan Mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik, demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental.
Faktor Eksternal
Faktor Keluarga
Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi keadaan mental anak. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Oleh karenanya, faktor orang tua memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran anak. Orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajar.
Faktor Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga digolongkah dalam dalam beberapa kategori antara lain, Ekonomi yang kurang/miskin keadaan ini menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua, tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Keadaan peralatan seperti pensil, tinta, penggaris, buku tulis, buku pelajaran, jangka, dan lain-lain akan membentuk kelancaran dalam belajar. Kurangnya alat-alat itu akan menghambat kemajuan belajar anak.
Adapun solusi bagi guru menghadapi kesulitan belajar siswa yang bisa dilakukan oleh guru antara lain:
Mengidentifikasi siswa/siswi yang mengalami kesulitan belajar
Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam, antara lain dengan jalan:
a. Meneliti nilai ujian yang tercantum dalam rapor kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas (PAN) atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut (PAP: penilaian acuan patokan);
b. Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya;
c. observasi pada saat siswa/siswi dalam proses belajar mengajar;
d. Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada konselor;
e. Melancarkan sosiometeri untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa/siswi.
Melokalisasikan letak kesulitan belajar
Setelah menemukan kelompok atau individu siswa/siswi yang mengalami kesulitan belajar, maka teknik selanjutnya ialah menelaah (a) dalam mata pelajaran apa saja kesulitan itu terjadi, (b) pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang mana kesulitan itu terjadi, (c) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang mana kesulitan itu terjadi, (d) dalam segi-segi proses belajar mana
kesulitan itu terjadi.
Melokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan.
Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar ada dua hal, yaitu:
a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berada dalam diri siswa/siswi, misalnya inteligensi yang rendah, kondisi fisik, sikap dan kebiasaan, belum memiliki kemampuan dasar yang dipersyaratkan untuk memahami materi pelajaran.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa/siswi, misalnya situasi belajar mengajar, kurikulum, beban studi yang terlampau berat, metode mengajar yang kurang memadai, sering pindah sekolah, dan situasi sosial ekonomi keluarga.
.
Memperkirakan kemungkinan bantuan
Guru dapat memperkirakan bantuan :
a. Apakah siswa/siswi tersebut masih dapat ditolong untuk mengatasi kesulitannya ataukah tidak.
b.Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa/siswi tertentu.
c. Kapan dan di mana pertolongan itu dapat diberikan.
d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan.
e. Bagaimana cara menolong siswa/siswi secara efektif.
f. Siapa saja yang harus dilibatkan dalam menolong siswa tersebut.
Menetapkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar
Teknik yang kelima adalah teknik menyusun suatu rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa/siswi tertentu. Rencana itu hendaknya berisi:
a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa/siswi;
b. Menjaga agar kesulitan tersebut tidak sampai terjadi lagi.
Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut merupakan kegiatan melakukan pengajaran remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa/siswi yang mengalami kesulitan belajar. Adapun tindakan yang harus dilakukan antara lain, melaksanakan pengajaran remedial, Membagi tugas dan peranan, Senantiasa mencek dan mencek kembali (recheck) kemajuan siswa/siswi tentang pemahaman mereka, Mentransfer atau merefer siswa/siswi yang menurut perkiraan guru tidak mungkin lagi ditolong karena di luar kemampuan atau kewenangan guru, wali kelas, dan sekolah.
Rujukan :
Buku Psikologi Belajar by Syarifan Nurjanah, M.A
Ikuti Gacerindo.com pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan Berita Terupdate tentang Dunia Pendidikan dan Hiburan). Klik tanda ☆ (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.