Buku Tematik SD yang Membingungkan

Daftar Isi: (toc)

Kuamangmedia.com - dikutip dari sebuah akun Facebook seorang profesor Henmaidi Alfian, tulisan yang berjudul Buku Tematik SD yang Membingungkan ini sudah dibaca dan di sukai sebanyak 8.830, dan komentar sebanyak 3.234.000 lebih dan di Bagikan sebanyak satu juta share. 

Tulisan yang baru 4 hari ini di Posting pada tanggal 27 agustus 2021 membawa dampak yang positif dan kesamaan berfikir kepada seluruh guru2 sekolah dasar yang pada intinya adalah mengkritik pemerintah dan dinas pendidikan pusat agar mengkaji ulang kurikulum sekolah dasar agar tidak membingungkan pengajar maupun siswa dan siswi yang duduk di bangku pendidikan sekolah dasar. 

Buku Tematik SD yang Membingungkan
Foto hanya Ilustrasi

Berikut ini adalah tulisan yang bisa anda baca dan mohon untuk membantu membagikan ke teman-teman anda agar sampai ke dinas pendidikan pusat. 

Judul : Buku Tematik SD yang Membingungkan

(Bagai bubur ayam yang diaduk-aduk oleh si Penjual sebelum diserahkan ke pembeli)

Saya coba mendampingi anak SD kelas 6 belajar tematis dengan buku tema. Konsep belajar tematis adalah beberapa pokok bahasan dalam mata pelajaran yang berbeda dikumpulkan dalam konteks tema tertentu. Misalnya dengan tema globalisasi (Buku tema 4, SD kelas 6). 

Pokok bahasan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, IPS, Matematika, PPKN dipaparkan dalam tema globalisasi itu. Di buku itu ada teks, ada aktifitas, ada latihan dan diskusi. 

Karena modalnya bercampur, tidak mudah mencari bagian tertentu, di dalam buku tema ini. Semua bercampur. Misalnya, anak diminta menulis sambungan teks ekplanasi dalam suatu paragraf. .... "Solusi dari persoalan ini adalah Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ...... (anak disuruh melanjutkan kalimat ini hingga akhir paragraf). Ini high order of thinking.

Buku harus dibolak-balikkan untuk mencari konteks yang diminta pada latihan ini. Dibaca berulang-ulang, Itupun akhirnya tidak ditemukan.

Contoh lain, anak diminta mendiskusikan  tentang dampak globalisasi, dengan tema sentral berfikir global bertindak lokal. Setelah diskusi anak disuruh mengisi matriks tentang, sikap, dampak dll. 

Sulit membayangkan bagaimana buku ini dapat dimengerti oleh anak kelas 6 SD. Pengetahuan dan wawasan apa yang sudah mereka punya sebagai bahan dasar diskusi. Sedangkan orang tua yang mendampingi di rumah pun pusing tidak dapat membantu. 

Kesimpulan saya : 

  1. Model tematis ini sangat kabur, tidak jelas kompetensi yang hendak dibangun pada setiap bagian.
  2. Konteks yang dipilih terlalu kompleks, tidak sesuai dengan perkembangan kognitif anak.
  3. Pemilihan tema, kosa kata terlalu sulit. Misalnya cara kerja panel surya, dengan banyak istilah teknis, lebih cocok untuk anak SMA yang sudah belajar fisika.
  4. Materi yang bercampur ini bagaikan bubur ayam yang diaduk-aduk oleh si penjual,  baru disajikan ke anak. Benar-benar tidak menarik dan menghilangkan semangat belajar. Anak menjadi frustrasi. 

Saran : 

Kepada departemen yang mengelola pendidikan . Berhentilah bereksperimen gonta-ganti kurikulum, macam poco-poco saja. Maju selangkah mundur dua langkah.

Banyak kerja jadi "kojo ndak kojo". 


Mahal sekali dampaknya, banyak energi dan waktu yang hilang dengan model kerja coba-coba seperti ini. Nanti di luar itu, sekolah disalahkan, dituding berkualitas rendah, skor PISA jeblok. Butuh bertahun-tahun bagi guru untuk dapat beradaptasi pada model-model belajar yang berganti-ganti ini. 

Kita bagaikan orang tak berpendirian, sebentar ganti, sebentar diubah. Pejabat bagai tidak sudi melanjutkan program yang dibuat pendahulu, tak sudi menyiang yang sudah tumbuh, lebih suka menanam baru. Bagai kodok, kapan teringat, langsung melompat. Tak dikaji jauh-jauh sebelumnya. 

Akhirnya semua jadi proyek-proyek baru,  proyek buku, proyek pelatihan,  proyek monitoring serta evaluasi. Biayanya tidak sedikit. Sadarlah, harus berapa generasi yang dikorbankan untuk eksperimen coba-coba seperti ini?
#end 

Buku Tematik SD yang Membingungkan


Komentar facebook yang di sorot oleh tim gacerindo.com :


@Henmaidi Alfian : MasyaAllah,  rupanya banyak merasa senasib dan punya pengalaman unik dengan kurikulum saat ini. Ada orang tua, ada guru, ada dosen :) hu Silfia Sp , Resti Rahayu , Columba Livia , Yendri Surlini SSi , Refrianti , Ilma Erisa , Mita Novita , Kurniati Putri , Vebri Piliang , Nova Hariani , Efa Milyati. Rata-rata berpendidikan tinggi,  tapi ikut kebingungan :) 

Tapi ternyata kaum bapak banyak pula yang ikut pusing  ya, Pak  Anesmen Chaniago , Adrianto Adnan , Zul Hendri , Imam Hipa Usrar . Semoga sentilan yang agak pedas ini sampai ke pengambil kebijakan .

@Ipung : Semua materi dicekoki ke kepala. Bukannya siswa memilih sesuai dg minat bakatnya saja. Biar memiliki keahlian spesifikasi

@Siti Haniza : bener pak, saya beberapa waktu yang lalu diminta tlong  oleh ibu CS di kampus untuk membantu tugas anaknya yg SD. karena berpikir ini pelajaran SD jadi saya ga keberatan sama sekali untuk hanya sekedar menunjukkan jelaskan dsb, dan ternyata diluar percaya diri saya pak. Pertanyaan terutama  redaksi yang digunakan menggunakan istilah2 yang saya nilai tidak bersahabat dengan anak SD. terlalu high untuk kapasitas anak SD. saya aja bingung apalagi anak anak. selain itu juga untuk menemukan jawaban atas pertanyaan2 teroritis, harus bolak balik kita menemukan jawabannya. yang paling menjengkelkan itu ketika antara materi satu ke materi lain lompat lompat ga terstruktur.  sampai skrg saya masih bisa merasakan feel jengkelnya.

@Syahla Gamis : kalau saya mah g dibawa pusing pak.yang penting saya mengajarkan sesuai kemampuan saya saja pak..saya justru senang lihat anak saya kelas 2sd sholat dimasjid puasa sunnah dia mengahapl quran buang sampah pada tempatnya sama orangtua ngomong sopan sama teman berbagi makanan itu aja udah senang saya pak g saya pikirin pelajaran umum ini pak πŸ˜„ tau sendiri negeri kita ini pak hee

@Endry Martius : πŸ˜Š tampaknya ini skenario agar lulusan SD bisa setaraf dg lulusan perguruan tinggi. Akan cepat majunya anak-anak ini nantinya …. Maju ke pinggir …. 😊

@Hendri HasbullahBatua Prof.  Ambo Satuju dan sa pengalaman jo Pak  Prof.  Awak nan  lai lah tamat PT lah binguang dek nyo apolai  anak anak.  
Tragis.  Kurikulum  yang mestinya menguatkan konsep berpikir anak,  Justeru  memberikan  kerapuhan dan  kekaburan   basis  pemikiran anak.  
Mohon digagas "Kembali ke KBK atau KTSP atau kurikulum 75.  Tema sangat tidak manusiawi.

@Milda Wati : 
Benar pak Henmaidi Alfian , semenjak daring kami sebagai orang tua seperti masuk sekolah SD lagi, harus mempelajari semua bidang studi yang sudah di campur aduk satu sama lain bahkan tidak bisa membedakan batas antar bidang studi satu dengan yang lainnya.
Semua campur baur seperti gado-gado saja.

@Ilma Erisa
Setuju, Pak. Saya yang dampingin anak-anak aja bingung dengan isi buku yang gado-gado. Mending waktu mereka di sekolah tahfizh dulu. Matematika, Bahasa Indonesia, PPKN, IPA, IPS, dipisah bukunya. Anak-anak jadi lebih fokus.

@Adriani Djaafar
Sedih dan prihatin dengan nasib anak2 dan generasi muda kita pak Hen.....
Anak2 SD yg belum bisa membaca di suruh mengerjakan tugas2 yang perlu pemahaman dan analisa ......kita saja orang tua kadang sulit mengerti dan memahami bahasanya dan maksudnya.......
Sadangkan lai ditarangkan dek guru lah payah juo mangarati, apalagi indak ado penjelasan dan keterangan dari guru....langsung kasih tugas......
Akhirnya ma yang bisa ditanyoan ka gugel (yang serba tahu) tapaso searching sajo laiiπŸ˜€πŸ˜€

@Darul Nafis
Benar prof, kita yg mendampingi anak pun pusing dengan buku tema itu....belum cukup logika mereka utk disuapin materi yg cocoknya utk anak smp atau sma. Saya liat penyusunnya para akademisi bertitel hebat semua...tapi hasilnya saya pikir anak2 bukan tambah pintar prof, tambah gak duduk materi belajarnya sama mereka, semangat belajarnya pun jadi turun...

@Tri Nazir
Jangankan yang kelas 6 pak. Untuk anak kelas 1 SD pun yg mana mereka rata2 baru proses perpindahan dari TK yg seharus nya msh di berikan bimbingan untuk mengal huruf dan angka satu persatu malah sudah disajikan teks yang panjang dan soal2 yg mana mereka sendiri masih belum paham akan maksud dr bacaan tersebut.
Terimakasih pak semoga apa yg bapak sampaikan bisa tersampaikan juga kepada para pemegang kebijakan sehingga ada perubahan dalam sistem kurikulum selanjutnya.

Dikutip dari Facebook : Henmaidi Alfian
Lecturer di Unand Padang
Jurusan Industrial engineering di Unsw
Link : https://www.facebook.com/1274492390/posts/10219960501064261/
Editor : #tmc001


Find Out
Related Post

Ikuti Gacerindo.com pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan Berita Terupdate tentang Dunia Pendidikan dan Hiburan). Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.
Tags

Top Post Ad

Below Post Ad