Daftar Isi: (toc)
Benarkah Sule pernah hampir cerai dari Nathalie Holscher?
Kisruh rumah tangga orangtua Rizky Febian di awal-awal pernikahan memang sempat menjadi sorotan.
Lantas apa yang membuat Sule dan Nathalie Holscher mengurungkan keinginan mereka untuk berpisah?
Rumah tangga komedian Sule dengan Nathalie Holscher sedang diliputi kebahagiaan saat lahirnya Adzam Adriansyah Sutisna.
Namun siapa sangka, rumah tangga ayah Rizky Febian itu nyaris berakhir pada perceraian.
Untungnya, adanya sosok Adzam Ardiansyah Sutisna yang masih di dalam perut menjadi penyelamat.
Memang, kisruh rumah tangga Sule di awal-awal pernikahan memang sempat menjadi sorotan.
Rumah tangga pasangan yang menikah pada November 2020 itu diisukan retak pada April 2021.
Diakui Sule, saat itu mereka masih belum terlalu memahami karakter masing-masing.
Karena kita baru, maksudnya menikahnya itu terlalu cepat, jadi memahami karakter dulu," kata Sule dikutip dari YouTube TS Media.
"Nathalie sendiri pun bebannya banyak, dia harus ngurus adek-adeknya, ngurus anak-anak gue, ngurus gue, belum karyawan dan lain-lain, mungkin pusing," sambung Sule.
Ditambah lagi saat menikah usia Nathalie baru 29 tahun, sehingga wajar masih mudah terbawa emosi.
"Umur dia 29 mau 30 di situlah puncak emosi, dia memutuskan mendingan udah lah, daripada berantem terus, terjadilah pertengkaran," ucap Sule.
Namun Sule akhirnya meminta maaf dan rumah tangga mereka juga berhasil diselamatkan karena kehamilan Nathalie.
Ayah dari penyanyi Rizky Febian itu juga mengatakan, dalam berumah tangga, tentu dia akan mengusahakan yang terbaik, termasuk mempertahankannya.
Termasuk rumah tangganya yang dulu berakhir dengan perceraian.
"Toh dulu gue sebelum jadi duda gue juga mempertahankan. Kalau Tuhan sudah menakdirkan dengan karakter masing-masing seperti itu kita harus berpisah ya sudah mau gimana lagi," kata Sule.
"Karena gue tidak mau terlalu dalam memiliki pasangan, karena pasangan itu bukan milik gue tapi milik Allah. Jalanin aja yang terpenting tanggung jawab, tidak mengkhianati. Udah gue mah prinsipnya gitu," lanjutnya.
PERKAWINAN seumur hidup yang didambakan setiap pasangan tidak gampang didapat.
Perlu perjuangan dan kemauan bersama suami-istri untuk terus memeliharanya dari tahun ke tahun.
Berikut tahun-tahun rawan dalam perkawinan yang perlu diwaspadai.
DUA TAHUN PERTAMA: PENUH PERJUANGAN
Inilah tahun-tahun yang mengindikasikan, apakah pasangan "pengantin baru" bisa survive di tahun-tahun berikut.
Banyak yang berhasil melampauinya, tak sedikit juga yang memutuskan bercerai. Sebab, di tahun inilah sebenarnya realitas dimulai. Masing-masing pihak melihat dengan sesungguhnya, siapa pasangannya.
Bayi yang kemudian lahir akan membuat seluruh ritme ayah dan ibu berubah. Jelas, semua itu menimbulkan tantangan sekaligus kecemasan.
Nah, agar bisa survive dan berjalan mulus, di tahun-tahun pertama ini pasangan suami-istri seharusnya sudah mulai mendiskusikan tentang bagaimana memecahkan masalah jika terjadi konflik, juga membicarakan harapan-harapan masing-masing pihak.
Pasangan yang bisa melewati masa ini adalah mereka yang selalu punya pandangan positif terhadap pasangannya, tidak mudah menyerah, dan mau bersama-sama mencari jalan keluar di setiap persoalan.
Meski tahun-tahun pertama ini sulit, mereka akan tetap mengenangnya sebagai tahun-tahun pertama yang penuh keintiman, kemesraan, dan saling belajar.
Yang tak kalah penting, bisa menjadi pelajaran serta pengalaman berharga untuk menempuh tahun-tahun berikut.
TUJUH TAHUN: HARUS WASPADA
Pernah dengar istilah "the seven years itch"? Inilah yang disebut tujuh tahun yang membuat "gatal". Setelah bertahun-tahun bersama, suami istri memang mulai menemukan pola dan ritme perkawinan yang semakin jelas.
Namun demikian, keinginan masing-masing yang sudah terbaca dan kedekatan secara fisik serta emosional ini belum menjamin bahwa kemesraan dan keintiman tetap berlanjut.
Setelah tujuh tahun berpasangan, banyak suami-istri yang mulai terjebak dalam rutinitas berumah tangga. Suami dan istri juga mulai sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
Ibu mengurusi anak-anak yang mulai masuk sekolah dan tumbuh besar, ayah juga sibuk berkutat dengan kariernya yang semakin menjanjikan.
Belum lagi tuntutan kebutuhan keluarga yang semakin besar, membuat ayah semakin sibuk dengan pekerjaan tambahan yang bisa menghasilkan uang.