Daftar Isi: (toc)
Muhammad SAW selain sebagai seorang Nabi dan Rasul juga menjadi pemimpin bagi kaum muslimin. Disamping keberadaannya sebagai pemimpin, risalah yang dibawa beliau, sarat dengan nilai-nilai kepemimpinan. Hal ini terlihat dari pelaksanaan Sholat, zakat, haji dan ibadah lainnya. Ibadah-ibadah tersebut sarat dengan nilai dan manajemen kepemimpinan seperti persaudaraan, persatuan, kepatuhan dan kedisiplinan. Kelahiran beliau di muka bumi ini sebagai rahmatan lilalamin telah membawa petunjuk bagi manusia di segala lini kehidupan dari urusan yang bersifat global begitu juga urusan yang bersifat detail yang dapat diambil nilainya dari kehidupan beliau. Merujuk setiap permasalahan kepada Allah dan Rasulullah sudah merupakan perintah yang telah digariskan oleh Allah SWT dalam firmanNya surat An-Nisa ayat 59 yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Presiden Baru Mesir |
Membicarakan pemimpin di era Indonesia yang kini masih belum sembuh dari krisis multidimensi pada umumnya, menjadi sesuatu yang cukup signifikan. Ia dianggap signifikan, bahkan sangat signifikan, karena warna suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh prilaku pemimpin di masyarakat itu. Di Barat ada ungkapan "leader is the cultural builder" pemimpin adalah pembentuk budaya yang dipimpin, sementara dalam Islam ada peringatan manusia mengikuti perilaku pemimpinnya. Dua ungkapan ini pada pokoknya mengingatkan agar kita berhati-hati dalam memilih pemimpin, karena watak dan perilaku sang pemimpin akan menular menjadi budaya dikalangan masyarakat yang dipimpinnya. Oleh sebab itu Nabi Muhammad SAW dilahirkan di dunia ini untuk memberikan penerangan sekaligus pencerahan bagi umat yang pada saat itu sangat jahiliyah. Penggalian konsep kepemimpinan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW sangat relevan dalam menjawab permasalahan kepemimpinan di tengah-tengah umat pada saat ini.
Berasal dari kata "pimpin" yang berarti "tuntun" dan "bimbing" pemimpin berarti "penuntun" dan "pembimbing". Dalam Islam, Nabi menggunakan kata rain untuk pemimpin. Beliau berkata : Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kepemimpinannya dikemudian hari.
Pemimpin adalah penunjuk jalan yang senantiasa ada bersama masyarakatnya untuk mencerdaskan mereka. Dan menjauhkan mereka dari kebodohan dan keterbelakangan. Ia adalah orang yang berdiri paling depan dalam memperjuangkan nasib rakyatnya agar terhindar dari keterbelakangan dan kebodohannya itu. Sebagai pelindung ia adalah seorang satria yang siap kapan saja melindungi rakyatnya dari setiap ancaman yang datang, baik ancaman dalam bentuk fisik, maupun non fisik yang akan meruntuhkan moral masyarakatnya di kemudian hari. Yang ada di pundaknya adalah tanggungjawab sebagai pemikul amanah terhadap gembalaannya.
Adapun said atau rais lebih berarti sebagai kepala dan atau tuan yang lebih berorientasi kepada dunia kepejabatan, bos, dan pihak yang lebih banyak menuntut ketimbang dituntut. Pemimpin sebagai gembala adalah pemimpin yang pikirannya selalu dipenuhi oleh rasa tanggungjawa, seperti layaknya seorang gembala. Punya komitmen kepemimpinan dan komitmen tanggungjawab terhadap seluruh yang di pimpin. Artinya, obyek yang dipimpin lebih diutamakan ketimbang kepentingan pribadi sebagai seorang pemimpin. Pada umumnya, dalam fikiran seorang gembala hanya ada tanggungjawab, bagaimana gembalannya kenyang dan sehat, tanpa terfikir olehnya untuk ikut pula menikmati "rumput" gembalaannya itu. Lebih dari itu, segala perilaku gembalanya adalah juga menjadi tanggungjawab sigembala, tanpa terniat sedikitpun untuk melempar tanggungjawab dari kesalahan kebijakannya kepada gembalaannya. Maka, seorang gembala yang baik, sebelum ia benar-benar menerima amanah menjadi gembala dari sekian banyak "ternak" yang akan menjadi tanggungjawabnya.
Sebenarnya Rasulullah SAW telah menunjukkan tentang tipe masyarakat yang baik, dan bagaimana cara memilih seorang pemimpin yang baik untuk masyarakat yang baik tersebut. Cara itu ada dalam syariat shalat, dan shalat berjamaah. Pertama, Nabi berkata bahwa shalat itu adalah tiang agama, siapa yang mendirikannya berarti ia mendirikan agama, dan yang meninggalkannya berarti meruntuh agama. Kedua, beliau berkata bahwa shalat berjamaah jauh lebih tinggi derajat kebaikannya 27 derajat di banding shalat sendirian. Jarang yang bisa menangkap, kenapa Nabi mengatakan shalat itu tiang agama, dan shalat berjamaah itu lebih tinggi mutunya 27 derajat dibanding shalat sendirian. Padahal disinilah terletak kunci masyarakat ideal sesungguhnya.
Karena, shalat adalah representasi dari kehidupan ideal yang sesungguhnya. Atau, dengan kata lain, shalat adalah kehidupan sesungguhnya. Di sana ada ajaran tentang penghargaan terhadap waktu, di sana ada ajaran tentang disiplin dan kebersihan, di sana ada ajaran tentang ketaatan terhadap hukum, di sana ada ajaran tentang etos keilmuan dan kerja, di sana ada ajaran tentang komitmen dan konsistensi dalam perjuangan kehidupan, di sana ada ajaran tentang kepedulian terhadap sesama, di sana ada ajaran kejujuran dan kerendahan hati.
Terlebih lagi dalam shalat berjamaah. Karena, disamping semua aspek yang disebut tadi dipraktekkan secara bersama-sama dalam sebuah komunitas sosial dalam shalat berjamaah kita diajarkan bagaimana cara yang baik dalam menyiapkan dan memilh pemimpin yang baik, sehingga, pemimpin terpilih benar-benar memenuhi kriteria sebagai seorang pemimpin ideal seperti diungkap Nabi dengan sebutan rain.
Pemimpin yang memaknai jabatannya sebagai amanah, dan bukan sebagai kesempatan dan keberuntungan, pemimpin adalah orang yang integritas dan kredibilitas pribadinya terpuji di mata masyarakat. Pemimpin adalah seorang yang fasih lidahnya dalam melafalkan ayat-ayat Allah. Pemimpin adalah seorang yang fakih, berilmu pengetahuan, terutama tentang keimanan dan segala hal yang berkaitan dengan shalat berjamaah. Pemimpin adalah seorang yang tidak memiliki cacat indera yang dapat mengganggu keimanannya ketika memimpin jamaah itu sendiri.
Seperti halnya semua ciptaan Allah, pemimpin adalah seorang manusia yang melalui ketentuan Penciptanya hidup dalam batas-batas yang telah ditentukan. Adakalanya, batas itu berupa usia, dan adakalanya pula berupa regulasi-regulasi yang mereka buat sendiri sebagai makluk sosial. Melalui usia, kepemimpinan seorang pemimpin berakhir dengan kematian, dan melalui regulasi, kepemimpinan itu akan berakhir sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan oleh regulasi itu sendiri.
Ketika semua itu berakhir, maka ketika itu juga suksesi menjadi sebuah keharusan. Ini, dalam terminology teologi di sebut sunnatullah. Oleh sebab itu, karena dia telah menjadi sunnatullah, suksesi kepemimpinan tidak harus dilakukan dengan melanggar ketentuan-ketentuan Allah. Jabatan sebagai pimpinan harus dibagikan sebagai sunnah Allah, sehingga ketika saat suksesi datang, harus disikapi dengan kelapangan dada, kebesaran jiwa, tanpa harus dipertahankan dengan segala tipu daya.
Itulah beberapa konsep dan nilai kepemimpinan yang dapat ditelusuri dari pelajaran yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Kelahiran dan kehadiran di dunia ini harus diakui sebagai penerang jalan manusia menuju masyarakat yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Allahu alam.
Penulis adalah:
Kasi Pendidikan Al- Quran dan MTQ
Kanwil Kemenag Riau.
Kanwil Kemenag Riau.
Oleh: H. Zulfadli, Lc, MA
Ikuti Gacerindo.com pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan Berita Terupdate tentang Dunia Pendidikan dan Hiburan). Klik tanda ☆ (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.