Perbedaan Oksigen Alami & Oksigen Medis

Daftar Isi: (toc)

Gacerindo -Oksigen medis sangat diperlukan pasien dengan masalah pernapasan berat termasuk pada pasien Covid-19.

- Oksigen medis sangat diperlukan pasien dengan masalah pernapasan berat termasuk pada pasien Covid-19. Namun, apa bedanya oksigen medis dengan yang alami?





Kepala Layanan Klinis di program darurat milik Badan Kesehatan Dunia (WHO), Janet Diaz, berkata infeksi Covid-19 yang cukup parah membuat kadar oksigen tubuh begitu rendah.



"Ketika kadar oksigen rendah karena penyakit seperti Covid-19, sel-sel dalam tubuh tidak memiliki fungsi normalnya. Jadi jika kadar oksigen rendah, untuk waktu lama, jika tidak diobati, maka sel-sel itu sendiri berhenti bekerja dengan baik. Mereka benar-benar bisa mati," jelas Diaz melalui sebuah video wawancara yang ditayangkan di laman resmi WHO.



Arief Bakhtiar, Staf Pengajar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK Unair, mengatakan dalam kondisi normal frekuensi napas sebanyak 20 kali per menit. Namun saat tubuh kekurangan oksigen, paru akan berusaha meningkatkan frekuensi napas.



Secara fisiologis, peningkatan frekuensi napas ini umum disebut sesak. Pada Covid-19, mekanisme ini tidak kentara.



"Sesungguhnya kekurangan oksigen, tapi pasien tampak tenang, padahal saturasinya kurang, di bawah 94 atau 93 persen. Ini happy hipoxia," jelas Arief saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (6/7).



1. Kadar oksigen



Salah satu perbedaan mendasar dari oksigen medis dan oksigen alami adalah kadarnya. "Kalau oksigen tabung [atau oksigen medis] kadar oksigennya 100 persen, sedangkan oksigen di udara bebas hanya 21 persen," kata Erlang Samoedro, ahli pulmonologi, melalui pesan singkat, Selasa (6/7).



Sebagaimana dilansir Smithsonian Magazine, secara umum komposisi udara bebas terdiri dari 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen, 0,93 persen argon, dan 0,038 persen karbondioksida.



Pasien Covid-19 atau pasien dengan masalah pernapasan lain memerlukan oksigen yang lebih banyak dari biasanya. Arief berkata oksigen di udara bebas jelas tidak cukup sehingga diperlukan oksigen medis dengan kadar tinggi dan diberikan secara kontinyu.



2. Cara memperoleh



Buat paru-paru sehat dan berfungsi baik, oksigen yang dihirup dari udara bebas akan dipindahkan ke aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Menurut American Lung Association, di tiap sel tubuh, oksigen ditukar dengan gas buangan atau karbon dioksida. Aliran darah membawa gas limbah kembali ke paru-paru, lalu dihembuskan.



Mekanisme ini tetap berlaku pada pasien Covid-19. Namun pemberian oksigen medis akan lebih mencukupi kebutuhan pasien. Oksigen medis diperoleh dari udara bebas dan dikompres sehingga hanya oksigen yang diambil.



3. Penggunaan



Dari segi penggunaan, ini akan berbeda dengan oksigen dari udara bebas. Oksigen medis digunakan atau diberikan pada pasien dengan berbagai cara.



Menurut Al-Jazeera, untuk kekurangan oksigen rendah hingga sedang, pasien bisa dipasangkan kanula hidung (tabung medis yang melewati kedua lubang hidung) atau masker wajah sederhana (reservoir). Sekitar 1-15 liter oksigen per menit dikirim untuk membuat pernapasan pasien teratur.



Jika diperlukan volume oksigen lebih tinggi, pada pasien ditempatkan kanula hidung aliran tinggi yakni mesin Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) atau ventilator.



"Oksigen akan diberikan secara kontinyu sampai saturasi oksigen tubuh terpenuhi. Pemberiannya pun melihat saturasinya. Kalau ringan, diberi aliran kecil, kalau terlalu kecil atau masih kurang, kita tingkatkan. Kalau ringan, sekitar 2-4 liter oksigen per menit," papar Arief.



Dia menyarankan sebaiknya masyarakat memastikan oksigen memang diperuntukkan untuk medis. Oksigen yang diperjual belikan ada dua peruntukan yakni medis dan industri.



Kemudian penggunaan oksigen medis secara mandiri atau di luar fasilitas kesehatan harus berada di bawah pengawasan tenaga medis. Penggunaan oksigen medis atau terapi oksigen adalah salah satu bentuk terapi untuk pasien dan bukan satu-satunya terapi.



"Banyak yang berusaha mencari oksigen sendiri. Penanganan Covid enggak sebatas oksigen, itu salah satu bagian dari penanganan," katanya.





Selain itu, perlu ada supervisi dari tenaga medis sebab hanya tenaga medis yang tahu ukuran pemberian oksigen. "Terdapat regulator, jadi tidak serta merta dikasih tinggi. Ini bukan mengobati, malah bikin masalah," imbuhnya.[CNN]
Find Out
Related Post

Ikuti Gacerindo.com pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan Berita Terupdate tentang Dunia Pendidikan dan Hiburan). Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

Top Post Ad

Below Post Ad