Daftar Isi: (toc)
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-3968788323447297"
data-ad-slot="7618317914"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
Popularitas Erdogan di kalangan rakyat Palestina, membuktikan bahwa perjuangan pria 66 tahun untuk membebaskan Palestina dari cengkraman kaum Zionis Israel.
Tak seperti sejumlah negara Arab yang akhirnya terkena rayuan Israel, Turki di bawah komando Erdogan tetap konsisten dalam dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina. Sebab seperti yang diketahui, Israel berhasil membujuk Mesir, Yordania dan Uni Emirat Arab (UEA), untuk berdamai.
Mesranya hubungan Erdogan dengan kelompok sayap militer Hamas Palestina, membuat Israel gusar. Tak cuma Israel, Amerika Serikat (AS), dan sejumlah negara Uni Eropa (UE) juga mengecam tindakan Erdogan. Bagaimana tidak, Erdogan mengundang para petinggi Hamas ke Istanbul, 22 Agustus 2020.
Menurut laporan The Jerusalem Post yang dikutip VIVA Militer, dalam kesempatan itu Erdogan bertemu langsung dengan Wakil Kepala Hamas, Saleh al-Arouri. Kedatngan al-Arouri ini kian membuat Israel, AS, dan Uni Eropa murka. Pasalnya, al-Arouri adalah salah satu buronan paling dicari pemerintah AS. Bahkan kepala al-Arouri dihargai US$5 juta, atau setara dengan Rp73,9 miliar.
Saat itu, Erdogan juga kembali bertemu dengan Pemimpin Hamas Palestina, Ismail Haniyeh. Selain memberikan ucapan selamat kepada Erdogan atas keputusannya mengubah gereja Hagia Sophia menjadi masjid, pertemuan itu juga membahas soal perlawanan terhadap Israel yang ingin mencaplok wilayah Tepi Barat.
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-3968788323447297"
data-ad-slot="7618317914"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
"Mereka (Israel) telah mengisolasi Gaza dalam waktu yang lama secara fisik dan politik. Dan, sekarang mereka menargetkan negara-negara yang memiliki kontak dengan Hamas," ucap pejabat tinggi Turki itu.
Sementara itu, seorang peneliti Institut Washington untuk Kebijakan Timur Tengah dan Institut Studi Keamanan Nasional Tel Aviv, Sarah Feuer, menyebut bahwa Turki hanya ingin unggul dalam hal geopolitik dan ideologis. Feuer juga mengatakan Erdogan memang ingin tampil sebagai pemimpin Islam dunia.
Dalam pandangannya, Feuer yakin Turki akan membuat perlawanan yang lebih besar kepada negara-negara Arab yang pada akhirnya memilih berdamai dengan Israel. Feuer meyakini Erdogan bakal menentang koalisi UEA-Arab Saudi-Mesir.
"Ada pertimbangan geopolitik dan ideologis di sini. Erdogan melihat aliansi yang muncil di kawasan ini sebagai ancaman. Tetapi, dia juga menampilkan dirinya sebagai pemimpin dunia Muslim dan pembawa bendera gerakan Islam untuk melawan kubu UEA-ArabSaudi-Mesir," ujar Feuer.
Sumber:
Ikuti Gacerindo.com pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan Berita Terupdate tentang Dunia Pendidikan dan Hiburan). Klik tanda ☆ (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.