Daftar Isi: (toc)
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-3968788323447297"
data-ad-slot="7618317914"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
"Justru kalau jadi organisasi massa atau partai politik, gerakan ini tidak lincah dan tidak cair. Akan terlalu kaku dan akan terjebak dengan perebutan kekuasaan dengan kontestasi elektoral yang saat ini masih penuh kecurangan, kekacauan," kata Refly di akun YouTube-nya yang dikutip pada Rabu (2/9/2020).
Menurutnya, sulit masuk ke dalam sistem rezim yang masih kacau. Jika KAMI tetap memaksakan masuk sebagai parpol, hal itu sama saja dengan dungu karena terjebak dalam lubang yang sama. "Kalau kita masuk ke dalam rezim begitu ya kita dungu juga. Masuk sebuah rezim kedunguan, kita cenderung terjebak ke dalam lubang yang sama seperti kedelai," ujarnya.
Dia pun menyinggung penyelenggaraan pemilu yang mahal sampai triliunan, tapi tak optimal hasilnya. "Karena kita tahu, kita menyelenggarakaan pemilu mahal-mahal sampai triliunan. Tapi, yang kita hasilkan hanya orang-orang yang curang yang duduk dalam kursi," tutur Refly.
Pun, ia heran dengan kondisi demokrasi saat ini. Bila ada yang kritis terhadap pemerintahan, mereka akan diserang oleh barisan pendukung pemerintah sampai buzzer di media sosial. Contohnya seperti serangan buzzer terhadap Fadli Zon.
Padahal, sebagai anggota DPR, peran Fadli sudah benar yaitu mengkritisi pemerintah. Dia mengingatkan tugas DPR saat ini mestinya memang mengontrol pemerintah. "Karena kalau dari konsep politik, ketika kita menyerahkan suara kita kepada anggota DPR, bukan berarti sudah selesai demokrasi langsungnya," jelasnya.
Namun, jika DPR sebagai lembaga kontrol eksekutif tak jalan, kemunculan oposisi dari rakyat sipil seperti KAMI wajar. Peran rakyat juga harus kritis jika DPR sebagai wakilnya tak jalankan perannya.
"Kita harus harus waspada, apakah wakil rakyat ini jalankan peran dengan baik atau tidak. Kalau mereka tidak menjalankan peran dengan baik, tetap saja kekuatan nonparlemen bisa menunjukkan sikap oposisinya," ujarnya.
Meski, ia tak menampik posisi DPR saat ini memang tak kuat lantaran didominasi parpol pendukung pemerintah. Sementara, hanya satu parpol yang saat ini masih tegak lurus berada di luar pemerintahan.
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-3968788323447297"
data-ad-slot="7618317914"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
Salah satu suara kontra itu disuarakan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Megawati menyampaikan kritikan itu saat pidato virtual dalam pembukaan sekolah calon kepala daerah PDIP gelombang II menuju Pilkada 2020, pada Rabu, 26 Agustus 2020.
Dia mengaku suka tertawa dengan deklarasi KAMI. Kata Megawati, ada bagian KAMI yang ingin jadi presiden. Megawati juga tambah heran lantaran daripada membentuk KAMI mengapa Refly Harun Cs ini tak membentuk partai politik. Hal ini sesuai dengan aturan ketatanegaraan.
"Terus saya mikir. Lah, daripada bikin seperti begitu, kenapa ya enggak dulu cari partai ya," ujar Megawati.
Sumber:
Ikuti Gacerindo.com pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan Berita Terupdate tentang Dunia Pendidikan dan Hiburan). Klik tanda ☆ (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.