Daftar Isi: (toc)
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-3968788323447297"
data-ad-slot="7618317914"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
Rahmad meragukan kebenaran data IDI yang merilis data 100 dokter meninggal karena Corona.
Profesor sosiologi bencana dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Sulfikar Amir, menanggapi pernyataan Rahmad Handoyo itu.
“Ada satu parpol yang sangat kompak menyepelekan covid….,” tulis Sulfikar di akun Twitter @sociotalker menanggapi tulisan bertajuk “Politikus PDIP Ragukan IDI soal 100 Dokter Meninggal Corona: Data Kemenkes 30.”
Terkait sikap politisi PDIP itu, penulis senior Zara Zettira melontarkan sindiran agar IDI memperkarakan pihak yang meragukan data IDI itu. “IDI diam aja nih? Jerinx kan dong,” tulis Zara di akun @zarazettirazr.
Ciutan @zarazettirazr itu ditanggapi politisi Gerindra Fadli Zon. Fadli mengaku lebih percaya data IDI ketimbang Kemenkes.
“Saya lebih percaya data IDI ketimbang data (katanya) @KemenkesRI. Ini soal serius, IDI mengatakan dokter yang gugur ada 100, @KemenkesRI 30. Perlu segera klarifikasi Menkes. Dari awal Menkes bicara tak jelas dan misleading sehingga kita tak siap antisipasi Covid-19,” tulis Fadli di akun @fadlizon.
Senada dengan Fadli, politisi Demokrat Ulil Abshar Abdalla juga menegaskan lebih percaya data IDI. “Masa kita mau percaya pada Kemenkes yang dipimpin oleh seorang menteri yang sejak awal, sikapnya sangat bermasalah? Saya lebih percaya IDI. Sikap politisi ini tidak menampakkan simpati pada dokter-dokter berguguran,” tulis Ulil di akun @ulil.
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-3968788323447297"
data-ad-slot="7618317914"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
Sebelumnya, founder JDN Indonesia dr. Andi Khomeini Takdir turut menanggapi pernyataan Rahmad Handoyo.
“Silakan dibandingkan saja datanya. Manapun yang kemudian terbukti akurat, 1 orang dokter saja itu penting karena terkait layanan dokter tersebut terhadap ribuan manusia lainnya. Apalagi kalau dokter tersebut seorang spesialis, konsultan, dan atau seorang profesor. Negara rugi besar,” tulis dr Koko di akun @dr_koko28.
Sumber:
Ikuti Gacerindo.com pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan Berita Terupdate tentang Dunia Pendidikan dan Hiburan). Klik tanda ☆ (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.