Daftar Isi: (toc)
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-3968788323447297"
data-ad-slot="7618317914"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati pada Juni lalu menyebut bahwa perusahaan membutuhkan dana sebesar US$133 miliar hingga 2026 nanti untuk menggenjot kapasitas produksi.
Nicke bilang bahwa Pertamina akan mengambil pendanaan eksternal, penawaran umum perdana, dan pembiayaan proyek sekitar $49 miliar.
Untuk tahun ini, ia menyatakan Pertamina akan mengeluarkan dana sekitar US$6,2 miliar untuk sejumlah proyek strategis nasional. Selain itu, ia menegaskan pihaknya membutuhkan dana untuk menjaga produksi hulu karena banyaknya sumur tua.
Ia juga menegaskan selain pendanaan internal, 10 persen dari dana itu diharapkan bisa didapat dari pembiayaan proyek, 28 persen lainnya dari pendanaan eksternal, dan 15 persen sisanya dari pembiayaan ekuitas.
Pilihan pendanaan lainnya berasal dari saham, baik itu dalam bentuk kemitraan atau pun penawaran umum perdana (IPO). Juga dari penerbitan surat utang dengan jangka waktu rata-rata 1 hingga 10 tahun dan dibatasi oleh rasio utang terhadap ekuitas, serta utang perbankan dengan jangka waktu rata-rata 4 tahun-5 tahun.
"Untuk tahun ini kami berencana mengeluarkan US$6,2 miliar. Kami sebenarnya memangkas 23 persen dari target tahun ini. Sebagian besar untuk proyek strategis nasional, seperti pengembangan kilang," katanya seperti dikutip dari The Insider Stories.
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-3968788323447297"
data-ad-slot="7618317914"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">
Terpisah, VP Corporate Communication Pertamina menyebut pihaknya tak dapat berkomentar. "Mohon maaf, kami belum dapat berkomentar mengenai hal ini," katanya kepada CNNIndonesia.com.
Sumber:
Ikuti Gacerindo.com pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan Berita Terupdate tentang Dunia Pendidikan dan Hiburan). Klik tanda ☆ (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.